Kampanye Sadar Belajar, Upgrade Skill Secara Mandiri
![]() |
Usman Roin, Dosen Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro. (dok pribadi) |
Opini Usman Roin
BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Kini "calon" presiden masif dikampanyekan agar layak, pantas, hingga kemudian memikat untuk dipilih masyarakat pada 2024.
Biarlah penulis tak mengampanyekan belajar agar jadi kesadaran bersama.
Toh penulis juga tidak tertarik dengan dunia perpolitikan. Entah karena tidak ada yang meminang sebagai tim sukses (timses), atau karena penulis memang sudah jatuh hati dengan akademisi. Ha ha ha! Yang jelas, akademisi itulah pilihan penulis.
Baca Buku
Kala penulis membaca bukunya Prof. Mujamil Qomar berjudul "Pendidikan Islam Transformatif" (2019:170), terdapat kalimat menarik bahwa kesadaran belajar itu urgen atau penting.
Menurut beliau, "sadar belajar" peserta didik – di lembaga pendidikan formal – atau mahasiswa – di PT – hingga santri yang di pondok menjadi penting, karena bisa mewujudkan keberhasilan selama pendidikan berlangsung, meskipun kurikulumnya sederhana.
Sadar belajar yang Prof. Qomar maksud adalah autodidak, yang berarti kita mendapatkan keahlian dengan belajar sendiri.
Belajar autodidak atau mandiri dalam term penulis, dilakukan karena kita sadar bila pengetahuan pembuka segalanya.
Mandiri belajar dilakukan, karena kita sadar bila penguasaan pengetahuan secara mendalam, dapat menjadi milik kita yang selanjutnya melahirkan pribadi tangguh meski tidak pernah atau tidak secara langsung mendapat bimbingan dari guru.
Hal ini coba penulis renungkan, kala sore hari, penulis coba fokus belajar dengan menggali informasi dari youtube perihal search engine yang penting diketahui oleh mahasiswa S1, S2, dan S3, peneliti, maupun dosen, terhadap kebutuhan karya tulis yang akan dibuat.
Tutorial video yang dibuat oleh praktisi, guru maupun dosen yang telah melakoni tersebut pasca penulis tonton, memberi informasi berharga bila dari "tempat duduk" penulis bisa mengakses banyak sumber tulisan ilmiah dari berbagai nama mesin penelusuran sebagaimana dijelaskan.
Terlebih sebelumnya, penulis tahunya beberapa saja.
Kemudian, bisa lebih paham jenis lain. Karenanya, kepada siapa saja, manakala kita merasa bingung kala ingin mencari literatur tulis, video tutorial mesin pencari karya tulis skripsi, tesis hingga disertasi tidaklah satu jumlahnya. Tetapi banyak ragamnya.
Apalagi, di milenium ke tiga, meminjam bahasa Prof. Abuddin Nata (2010:187), keberadaan kita sangat ditentukan seberapa jauh kita eksis secara fungsional di tengah-tengah dunia global yang sangat kompetitif.
Oleh karena itu, pada situasi ini, siapa yang bisa mengubah tantangan menjadi peluang, hingga mengisi peluang – contoh waktu atau kesempatan – menjadi bernilai produktif, itulah kategori manusia yang survive.
Jika sudah nyata indikator manusia-manusia yang survive adalah yang kreatif, inovatif, dinamis, memiliki moral baik, percaya diri, menghargai waktu serta mampu berkomunikasi untuk menjadikan orang lain sebagai mitra, artinya aktivitas belajar tidak akan pernah habis.
Terlebih, sumber belajar kekinian tidak sekadar teks tercetak buku (printed text of the book). Digital text era kekinian menjadi sumber yang tidak terbendung eksistensinya.
Yang urgen kemudian adalah mau atau tidak kita menelusuri sumber-sumber belajar tersebut untuk asupan sumber kognitif dan skill kita agar ter-upgrade.
Karena fakta yang ada, berbagai kemudahan gadget yang kita tenteng ke mana pun, di mana pun, serta kala apapun, menjadikan kita belum hingga tidak memantik semangat sadar belajar.
Sebagai contoh kecil, mengikuti update instagram, tik tok, you tube, dan status whatsApp lebih rutin dilakukan dari sekadar membaca artikel kecil sebagaimana yang penulis persembahkan. Ha., ha., ha.!
Saat memegang gadget, kita masih jarang membaca penelitian mahasiswa, dosen, peneliti serta pegiat literasi, terkait solusi isu-isu kekinian yang terjadi.
Jika perilaku sadar belajar berwujud membaca masih berat dan banyak godaannya di era kini, tentu cara berpikir kita akan menjadi sempit.
Akibatnya, untuk sekadar mengobati tekanan jiwa (stress) karena memiliki pengetahuan terbatas berbuah kekalahan dalam bersaing dengan orang lain, maupun oleh dampak kehidupan materialistis yang makin merajalela, kita tak mampu menyelesaikannya.
Alhasil, pelarian-pelarian negatif terkadang menjadi pilihan utama yang dilakukan, sehingga bila sudah terjerumus dalam lembah yang negatif, pragmatisme perilaku negatif akan menjadi keputusan final yang dilakukan lagi.
Mengalahkan nalar sehat yang berusaha step by step memunculkan semangat belajar melucuti kekurangan diri dari kebodohan.
Sabda Rasulullah Saw riwayat Bukhari dan Muslim menyebut "Menuntut ilmu itu sangat wajib bagi setiap muslim".
Karenanya, ketika Kanjeng Rasul mengaitkan wajibnya menuntut ilmu dengan keislaman seseorang baik laki-laki maupun perempuan, kata Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah (2022:18), terdapat peringatan bahwa siapa saja yang Muslim, menuntut ilmu baginya wajib.
Itu karena Islam tidak mengenal kebodohan.
Jika demikian, mandiri belajar walau sekecil apapun harus diwujudkan. Rasanya beda. Sebab, sedikit demi sedikit, kita menambah wawasan diri dengan pengetahuan sebagai implementasi normatif perintah mencari ilmu.***
Usman Roin, Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro.
Posting Komentar