📣 Ikuti Tantangan Menulis Opini Babad.id📣

Tulis opini, raih apresiasi! Gabung tantangan menulis babad.id sekarang!

Critical Thinking Skills Pada Generasi Z

Daftar Isi
Ilustrasi critical thinking pada gen-z. (Karolina Grabowska from Pixabay)
Ilustrasi critical thinking pada gen-z. (Karolina Grabowska from Pixabay)

Opini Hammidun Nafi Syifauddin

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Critical thinking skills atau dalam bahasa Indonesia disebut kemampuan berpikir kritis menjadi satu hal yang penting dalam sebuah pembelajaran. Kemampuan ini dijadikan satu poin dan mendapatkan penekanan tersendiri dalam kurikulum sekolah sejak tahun 2013.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan dalam buku pegangan pembelajaran berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi menyebutkan, salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran adalah kemampuan berpikir kritis.

Dalam berbagai kajian ilmiah dikemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan bagi setiap individu untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang. Tak terkecuali pada generasi Z, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1996 – 2009, yang pada saat ini masih mengenyam pendidikan baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

Mangutip pendapat Robert Ennis seorang filsuf Amerika yang menyimpulkan, berpikir kritis merupakan penalaran mengenai keyakinan dan tindakan yang masuk akal dan berfokus pada memutuskan apa yang dipercayai atau yang dilakukan.

Sementara itu, Michael Scriven profesor ahli ilmu perilaku dan organisasional yang berasal dari Claremont Graduate University, mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi.

Individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan selalu berusaha menyelaraskan antara logika, ide, argumen, dan fakta, sehingga dia tidak mudah terpengaruh oleh pola pikir yang keliru.

Dalam memandang suatu masalah, seseorang dengan kemampuan berpikir kritis akan mencoba melihat permasalahan tersebut dari berbagai perspektif. Karena dalam kehidupan sosial, seseorang bisa melihat permasalahan dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Maka kemampuan berpikir kritis inilah yang akan menuntun dan mengarahkan pada perspektif yang lebih luas.

Selain memandang permasalahan dari berbagai perspektif, seseorang yang kritis lebih memungkinkan untuk menggunakan pikiran yang jernih dan rasional. Dengan begitu dalam menjalankan suatu pekerjaan ataupun berkarir, orang seperti ini akan lebih mudah untuk menempati posisi apapun.

Penyempitan Makna

Makna dari berpikir kritis kini telah mengalami penyempitan. Umumnya para mahasiswa dan pelajar memaknai berpikir kritis sebatas respons berbentuk penolakan terhadap suatu kebijakan. Ironisnya, penyempitan makna ini turut menggiring para remaja usia sekolah untuk turut menggelar aksi penolakan terhadap kebijakan pemerintah.

Tercatat pada tanggal 25 September 2019 beberapa siswa Sekolah Teknik Menengah (STM) menggelar aksi menentang kebijakan berupa RUU KUHP di depan gedung DPR. Dalam usia yang seharusnya mereka masih sibuk memperbanyak pengetahuan justru melaksanakan tindakan turun ke jalan untuk menuntut hal yang mereka sendiri pun tidak ketahui. Tentu kondisi ini sangat bertentangan dengan definisi berpikir kritis yang sesungguhnya.

Kembali kepada definisi berpikir kritis sebagai proses disiplin intelektual yang menuntut individu untuk secara aktif menerapkan atau merespons dengan logika berpikir yang rasional, maka di sini kritis tak selayaknya dimaknai sebagai bentuk penolakan.

Individu yang mampu berpikir kritis akan dapat menempatkan diri dengan baik. Atas sebuah fenomena yang membutuhkan penolakan, dia akan menolak dengan bijak. Begitu sebaliknya terhadap suatu keadaan yang dapat menjadikan dirinya berkembang, dia akan merespons dengan baik.***

Hamidun Nafi’ Syifauddin, Guru MAN 1 Jepara

Posting Komentar